√Fear Scenario, Menjual Ketakutan Demi Muluskan Jokowi-Prabowo Sudah Tak Relevan

Fear Scenario, Menjual Ketakutan Demi Muluskan Jokowi-Prabowo Sudah Tak Relevan - Hai Sobat pembaca semuanya, salam sejahtera kami ucapkan untuk para sobat Pembaca Swarakyat. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memberikan Rahmat dan hidayahNya sehingga sobat bisa meluangkan waktu untuk mampir di situs kami ini.

Di kesempatan ini kita akan mengupas tentang Fear Scenario, Menjual Ketakutan Demi Muluskan Jokowi-Prabowo Sudah Tak Relevan yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.

Fear Scenario, Menjual Ketakutan Demi Muluskan Jokowi-Prabowo Sudah Tak Relevan 

KONTENISLAM.COM - Ide untuk menduetkan Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 adalah bentuk 'fear scenario' atau upaya menjual ketakutan dengan embel-embel isu pembelahan.

Demikian disampaikan Gurubesar Ekonomi IPB, Prof Didin S Damanhuri menyikapi isu yang kembali dipanaskan oleh penggagas relawan Jokowi-Prabowo, Muhammad Qodari belum lama ini.

Menurutnya, isu pembelahan yang menjadi tameng Qodari sejatinya tidak hanya terjadi baru-baru ini, namun sudah ada dalam politik Indonesia sejak tahun 1955, antara kelompok agamis dan nasionalis.

"Namun kategorisasi antara santri dan abangan yang lama diembuskan ternyata sudah hampir tidak relevan karena yang terjadi saat ini, partai nasionalis mendekati agamis, dan partai-partai agamis juga mendekati nasionalis,” kata Prof Didin S Damanhuri dalam webinar Narasi Institute, Jumat (25/6).

Merujuk hal itu, ia pun menyarankan agar ide fear scenario tak diteruskan. Sebab berdasarkan pengalaman, saat penguasa hendak memperpanjang kekuasaan melebihi aturan hasilnya tak akan baik.

“Akan ada agenda terburuk yang menimpa pemerintahan demokratis bila ingin memperpanjang kekuasaannya melebihi ketentutan, seperti saat Soekarno menjadi presiden seumur hidup dan saat Soeharto dibujuk untuk terus melanjutkan sampai 32 tahun,” lanjutnya.

Baginya, cara untuk mengakhiri pembelahan bukan dengan memasangkan Jokowi-Prabowo seperti usulan M Qodari, melainkan dengan mengurai eksistensi oligarki pengisap rakyat yang saat ini menguat.

“Kita harus akhiri pembelahan karena eksistensi oligarki, tidak ada yang happy baik parpol pendukung pemerintah maupun oposisi. Semua seharusnya bersatu melawan oligarki, itu cara tepat mengakhiri pembelahan” demikian Didin S Damanhuri.

Selain itu, alasan perpanjang tiga periode juga tidak tepat karena melawan agenda reformasi. Reformasi telah mengakhiri kecelakaan sejarah, dimana presiden dijatuhkan karena tidak adanya pembatasan periode. (RMOL)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "√Fear Scenario, Menjual Ketakutan Demi Muluskan Jokowi-Prabowo Sudah Tak Relevan"

Posting Komentar